Pemerintah Israel mencoba untuk mengembalikan reputasinya setelah dunia mengutuk serangan pasukan komando Israel yang menggempur iring-iringan armada kecil (flotilla) dengan sebutan Freedom Flotilla. Israel berharap, teknologi mampu mengubah pandangan dunia terhadap negara tersebut.
Teknologi, yang dimaksud termasuk YouTube dan Twitter. Hampir setiap jam militer Israel (Israeli Defense Forces/ IDF) mengunggah video yang bertujuan untuk menunjukkan bahwa mereka bertanggung jawab atas serangan tersebut. Taktik tersebut dilakukan agar kesan 'blunder' yang dilakukan Israel seolah-olah benar dan dapat dipertanggungjawabkan.
Video-video yang diunggah pasukan Israel di YouTube tersebut, salah satunya menunjukkan bahwa dalam kapal Mavi Marmara terdapat pisau dan senjata tajam lain, bom asap, ketapel, logam, dan batu. Negara yang dipimpin perdana menteri Benjamin Netanyahu itu, sengaja menyebarkan video tersebut untuk mengubah opini dunia internasional.
"Kami tahu pasti, kami akan kalah di media, padahal tak ada masalah dengan apa yang kami lakukan," ujar juru bicara kementerian pertahanan Israel, Shlomo Dror seperti dilansir Wired, Rabu (2/6/2010).
Pernyataan tersebut dilontarkan Dror pada 28 Mei 2010, atau sehari sebelum penyerangan. Israel sadar bahwa ia akan kalah dalam perang informasi di media sebelum penyerangan.
Langkah yang dilakukan IDF, merupakan taktik lawas yang telah dipraktekkan sejak beberapa tahun terakhir. Mereka mengunggah video-video ke YouTube setelah perang Hizbullah tahun 2006. Isu-isu sensitif sengaja diumbar ke luar agar mempengaruhi persepsi sehingga opini yang terbentuk hanya berasal dari sudut pandang Israel.
Sebelum penyerangan, diketahui Israel memblokir semua sinyal ponsel di Mavi Marmara. Tapi sayang, para aktivis yang terdapat di kapal tersebut masih bisa mengirimkan pesan gambar ke dunia luar. Akibatnya, dunia mengetahui serangan tersebut dan mengecam tindakan Israel tersebut.
SUMBER : OKEZONE.COM
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar