Mungkin kita mengira kebiasaan ngemil di malam hari selama ini dikarenakan rasa lapar yang tiba-tiba muncul. Padahal, bisa jadi ada faktor tertentu yang sebenarnya membuat kita seperti “ketagihan” untuk selalu mengunyah di saat menjelang waktu tidur.
1. Malas Sarapan
Banyak wanita mengaku malas sarapan karena tak terbiasa. Padahal, tindakan ini justru bisa menggagalkan upaya penurunan berat badan yang tengah dilakukan. Marci Gluck, PhD., psikolog klinis dari the National Institute of Health mengatakan, dorongan untuk ngemil setelah makan di malam hari biasanya dirasakan oleh mereka yang asupan makan pagi dan makan siangnya sedikit. Akibatnya, sistem pertahanan tubuh terhadap rasa lapar pun mudah runtuh dan kita cenderung makan lebih banyak di sore dan malam hari.
Selain itu, studi yang dilakukan di Finlandia mendapati bahwa mereka yang tak terbiasa sarapan cenderung lebih sering merokok. Mereka juga lebih banyak mengonsumsi minuman beralkohol, dan lebih malas berolahraga. Tak heran bila kelompok ini punya berat badan lebih tinggi dibanding mereka yang rutin makan pagi.
2. Lelah Mental
Penelitian yang dilakukan pada 2007 di Australia menunjukkan adanya hubungan signifikan antara stres mental dengan kebiasaan mengudap makanan ringan di malam hari. Hal ini terutama pada kaum wanita.
Menurut riset itu, kita cenderung mengatasi rasa gelisah, depresi, dan stres, dengan mengonsumsi makanan yang tinggi lemak dan gula. Padahal, saat stres muncul, produksi hormon kortisol di tubuh meningkat. Hormon ini turut berperan dalam menimbulkan penimbunan lemak di perut, serta memicu keinginan untuk ngemil yang sulit ditahan.
3. Sudah Terbiasa Ngemil
Pada dasarnya, sistem tubuh bekerja sesuai dengan pola atau kebiasaan yang kita bentuk. Jika selama ini kita terbiasa ngemil setiap jam 9 malam, tubuh akan otomatis “meminta” untuk diisi makanan pada waktu tersebut, setiap hari. Ini tetap terjadi meski di saat itu tubuh seharusnya beristirahat dan berhenti “bekerja”.
Akibatnya, makanan jadi sulit dicerna karena tubuh sudah berada dalam kondisi istirahat. Selanjutnya terjadi penumpukan lemak dan kalori di tubuh kita. Jika keadaan ini dibiasakan dalam waktu lama – secara sadar ataupun tidak – maka kita berpotensi mengalami obesitas. Demikian dijelaskan oleh Kathleen Zelman, MPH, RD, LD, ahli nutrisi dan juru bicara dari American Dietetic Association.
4. Terkena Night Eating Syndrome (NES)
NES adalah gejala kelainan pola makan yang dikemukakan pertama kali oleh Dr. Albert Stunkard, MD, dari University of Pennsylvania, pada 1995. Ia melakukan penelitian terhadap 25 pasien obesitas, sebanyak 90% di antaranya adalah perempuan.
Sekitar 64% partisipan studi mengalami 3 gejala kelainan makan, yaitu meningkatnya nafsu makan di malam hari, sulit tidur, dan tidak nafsu makan pada pagi hari. Di Amerika, gejala ini menyerang hampir 6 juta penduduk. Di Indonesia, menurut Dr. Tjandraningrum, belum ada data pasti mengenai angka kejadiannya.
Sementara itu, studi di Norwegia juga menunjukkan bahwa penderita NES umumnya mengalami penurunan kadar beberapa jenis hormon dalam tubuhnya pada malam hari. Di antaranya adalah melatonin dan leptin. Penurunan ini membuat si penderita selalu terjaga di malam hari, sehingga mudah merasa lapar.
SUMBER : KOMPAS.com
Rabu, 02 Juni 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar