Dari sekitar 63.000 anak penyandang cacat atau difabel di Jawa Barat, baru 15.650 anak yang telah menikmati pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Sisanya, hampir 50.000 anak masih belum tersentuh pendidikan dan belum memiliki keterampilan penunjang hidup.
Jumlah anak-anak cacat yang belum pernah bersekolah masih banyak. Salah satu penyebabnya keterbatasan sekolah dan tenaga pendidik.
-- Lia Embarsari
Kepala Seksi Promosi dan Kompetensi Siswa Pendidikan Luar Biasa (PLB) Dinas Pendidikan Jawa Barat Lia Embasari mengatakan, hasil survei di 15 dari 26 kabupaten/kota di Jabar, tahun 2008, jumlah anak-anak penyandang cacat mencapai 63.000 orang.
Namun, pada tahun yang sama, baru 12.350 anak yang sudah mengenyam pendidikan. Dua tahun kemudian, pada 2010, anak yang telah memperoleh pendidikan dan keterampilan jumlahnya bertambah menjadi 15.650 anak.
”Tapi, jumlah anak-anak cacat yang masih belum pernah bersekolah masih banyak lagi. Salah satu penyebabnya adalah keterbatasan sekolah dan tenaga pendidik,” ujar Lia, Rabu (2/6/2010) di sela-sela pembukaan lomba kreativitas hasil belajar, seni, dan olahraga siswa pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus se-Jawa Barat di Cirebon.
Sarana dan guru terbatas
Untuk menangani sebanyak 15.650 siswa hanya tersedia 1.875 guru pegawai negeri sipil (PNS) dan 1.200 guru swasta. Demikian pula tempat belajar yang tersedia hanya 304 unit yang tersebar di 26 kabupaten/kota.
Bahkan, ada tujuh kabupaten/kota yang belum memiliki sekolah luar biasa (SLB) negeri untuk anak-anak difabel di wilayahnya. Kebutuhan idealnya adalah 500 unit sekolah dengan fasilitas belajar yang memenuhi syarat, seperti sarana berlatih musik, kerajinan, dan olahraga.
Penyebab lainnya adalah faktor budaya dan rasa malu orangtua dari anak-anak difabel. Hal ini yang menghambat anak difabel tak berkembang dan tak mendapatkan pendidikan yang layak.
Masih banyak orangtua yang memilih menyembunyikan anaknya yang cacat daripada menyekolahkannya. Mereka masih dianggap aib keluarga.
Sebagian besar anak penyandang difabel di Jabar berasal dari keluarga tidak mampu. Karena itu, anak penyandang difabel tidak diprioritaskan untuk mengenyam pendidikan.
Untuk mengatasi sedikitnya jumlah penyandang difabel yang belum mengecam pendidikan, Pemerintah Provinsi Jabar hingga saat ini menyediakan bantuan untuk siswa difabel senilai Rp 800.000 bagi 8.000 anak-anak berkebutuhan khusus.
Rencananya, kata Pardomuan Pakpahan, Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Dinas Pendidikan Jabar, bantuan pada tahun 2011 akan diperbanyak untuk 16.000 anak difabel. Nilai bantuan per anak juga akan diperbesar menjadi Rp 1,5 juta.
SUMBER : KOMPAS.COM
Rabu, 02 Juni 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar